BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia
senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain. Ia ingin mengetahui lingkungan
sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Rasa ingin
tahu inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi.
Komunikasi merupakan kebutuhan yang
sangat fundemental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat karena tanpa
komunikasi masyarakat tidak akan terbentuk. Adanya komunikasi disebabkan oleh
adanya kebutuhan akan mempertahankan kelangsungan hidup dan kebutuhan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
B.
Tujuan
1.
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan
2.
Untuk
mempelajari lebih dalam materi ini
3.
Mampu
menerapkan komunikasi dalam dunia keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin
comunication yang berarti sama dalam hal ini berarti sama makna. Komunikasi
juga diartikan sebagai upaya seseorang untuk merubah pikiran, perasaan atau
perilaku orang lain (Effendi, 1992).
Komunikasi juga merupakan elemen dasar dari hubungan interpersonal untuk membuat, memelihara, dan menampilkan kontak dengan orang lain (Mary Ann, 1998).
Komunikasi juga merupakan elemen dasar dari hubungan interpersonal untuk membuat, memelihara, dan menampilkan kontak dengan orang lain (Mary Ann, 1998).
B. Hakikat
Komunikasi
Dari definisi diatas menyatakan bahwa komunikasi
adalah usaha penyampaian pesan antar manusia. Terdapat tiga unsur utama yang
dapat dibahas guna mengidentifikasi apakah suatu peristiwa merupakan bagian
dari komunikasi yang kita kaji atau bukan. Tiga unsur tersebut adalah usaha,
penyampaian pesan dan antar manusia.
1.
Usaha
Kata ”usaha” menggambarkan unsur kesengajaan, adanya
motif komunikasi yang menyebabkan seseorang dengan sengaja menyampaikan
pesannya kepada manusia lain.
2.
Penyampaian
Pesan
Komunikasi adalah perilaku manusia dalam penyampaian
pesan. Dengan kata lain, ilmu komunikasi hanya mempelajari tentang penyampaian
pesan, bukan perilaku lainnya selain penyampaian pesan. Jika yang disampaikan
bukan pesan
maka bukan kajian ilmu komuniksi. Pesan itu harus disampaikan
dengan sengaja, ada motif yang melatarinya.
3.
Antar
Manusia
Adanya manusia sebagai pengirim pesan dan manusia lain
yang bertindak sebagai penerima pesan. Ilmu komunikasi tidak mempelajari
komunikasi dengan yang bukan manusia. Obyek forma ilmu komunikasi adalah usaha
penyampaian pesan antar manusia, yakni manusia yang sehat akal budinya. Obyek
materia ilmu komunikasi adalah perilaku manusia, sama seperti obyek materia
ilmu – ilmu sosial lainnya. Karena ilmu komunikasi hanya mengkaji komunikasi
antar manusia dan tidak kepada yang bukan manusia
C.
Elemen Komunikasi
Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha
penyampaian pesan antar manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi
minimal terdiri dari 3 unsur yaitu : pengirim pesan (komunikator), penerima
pesan (komunikan) dan pesan itu sendiri. Awal tahun 1960-an, David K. Berlo
membuat formula komunikasi yang lebih sederhana yang dikenal dengan ”SMCR”,
yaitu : Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media) dan
Receiver (penerima).
1.
Komunikator
Pengirim pesan (komunikator) adalah
manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan
motif komunikasinya. Komunikator dapat dilihat dari jumlahnya terdiri dari:
a. Satu orang
b. Banyak orang dalam
pengertian lebih dari satu orang
c. Massa
2.
Komunikan
Komunikan (penerima pesan) adalah
manusia yang berakal budi, kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Peran
antara komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling bergantian.
3.
Pesan
Pesan bersifat abstrak. Pesan dapat
bersifat konkret maka dapat berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan
bahasa tulisan. Pesan bersifat verbal (verbal communication) :
a. Oral
(komunikasi yang dijalin secara lisan).
b.
Written (komunikasi yang dijalin
secara tulisan).Pesan bersifat non verbal (non verbal communication)
c. Gestural
communication (menggunakan sandi-sandi à bidang kerahasiaan)
4.
Saluran
komunikasi & media komunikasi.
Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat dua cara :
a. Non mediated
communication (face to face) secara langsung
b. Dengan
media.
5.
Efek
komunikasi
Efek komunikasi diartikan sebagai pengaruh yang
ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran
pengaruh dalam diri komunikan :
a. Kognitif
(seseorang menjadi tahu sesuatu)
b.
Afektif (sikap seseorang terbentuk)
dan
c. Konatif
(tingkah laku, hal yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu).Umpan
balik dapat dimaknai sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikator yang
disampaikan.
D.
Berbagai Macam Komunikasi
Ada 3 (tiga) macam komunikasi antara lain (Kariyoso,
1994) :
1.
Komunikasi
searah
Komunikator mengirim pesannya
melalui saluran atau media dan diterima oleh komunikan. Sedangkan komunikan
tersebut tidak memberikan umpan balik (feedback).
2.
Komunikasi
dua arah
Komunikator mengirim pesan (berita)
diterima oleh komunikan, setelah disimpulkan kemudian komunikan mengirimkan
umpan balik kepada sumber berita atau komunikator.
3.
Komunikasi
berantai
Komunikan menerima pesan atau berita
dari komunikator kemudian disalurkan kepada komunikan kedua, dari komunikan
kedua disampaikan kepada komunikan ketiga dan seterusnya.
E.
Tingkatan Komunikasi
1.
Komunikasi
intra personal
Komunikasi intrapersonal adalah
komunikasi dengan diri sendiri, berusaha mengenal diri sendiri dan segala
konsep diri yang melingkupinya, menyanyakan kepada diri sendiri tentang segala
hal yang ingin dia ketahui terkait dengan keinginan, kebutuhan dan lain-lain.
2.
Komunikasi
interpersonal
Komunikasi Interpersonal adalah
berkomunikasi dengan orang lain secara face to face maupun dalam
kelompok.Komunikasi searah : pembicara memberikan sebuah informasi dan pendengar
menyimak informasi tanpa memberikan pertanyaan, argumentasi maupun sanggahan.
Komunikasi dua arah : pembicara dan pendengar saling melakukan aksi reciprokal
atau saling berbalasan, saling bertukar peran, pendengar terkadang memberi
informasi, pembicara terkadang mendengarkan.
3.
Komunikasi
massa
Komunikasi Massa : menyampaikan
informasi kepada beberapa orang di sebuah situasi yang sengaja diciptakan.
Syarat komunikasi interpersonal yang baik.
a. Good
Listener : mendengarkan orang lain untuk memberi kesempatan mereka mengungkapkan ide atau pemikiran
b.
Intonasi : beri irama dalam setiap
ucapan sehingga kata – kata mampu diserap dan dicerna oleh pendengar
c.
Empati : memperhatikan respon emosi
orang lain, jangan terlalu banyak humor jika lawan bicara sedang sedih atau
sebaliknya.
d.
Humor : menyegarkan hubungan dengan
sebuah suasana yang fresh dan tidak terkesan formal.
e.
Positioning : menguasai posisi
dimana harus berdiri, kapan harus mendekat, kapan harus menjauh, membuat
perubahan posisi di depan, ditengah maupun dibelakang.
f.
Volume Suara : ucapan yang
dikeluarkan mampu didengarkan oleh orang – orang dalam massa tersebut.
g.
Bahasa Tubuh : jangan terlalu banyak
mengekplorasi bahasa tubuh yang tidak perlu.
h. Motivasi :
gunakan kata – kata atau bahasa yang inspiratif maupun membangkitkan motivasi,
bahkan dalam suasana belajar mengajar sekalipun, memotivasi orang lain
sekalipun merupakan sebuah hal perlu dipertimbangkan.
F.
Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Komunikasi sering mengalami gangguan
sehingga proses komunikasi tidak seperti yang diharapkan. Banyak hal yang dapat
mempengaruhi komunikasi diantaranya :
1.
Latar
belakang budaya
Interpretasi suatu pesan akan
terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama
latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi
semakin efektif.
2.
Ikatan
dengan kelompok atau grup
Nilai-nilai yang dianut oleh suatu
kelompok sangat mempengaruhi cara
mengamati pesan.
3.
Harapan
Harapan mempengaruhi penerimaan
pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan yang diharapkan.
4. Semakin
tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan
yang disampaikan.
G. Fungsi
Komunikasi
1.
Dapat menyampaikan pikiran atau
perasaan.
2.
Tidak terasing atau terisolasi dari
lingkungan
3.
Dapat mengajarkan atau
memberitahukan sesuatu
4.
Dapat mengetahui atau mempelajari
peristiwa di lingkungan
5. Dapat
mengenal diri sendiri
6.
Dapat memperoleh hiburan atau
menghibur orang lain
7.
Dapat mengurangi atau menghilangkan
perasaan tegang
8.
Dapat mengisi waktu luang
9.
Dapat menambah pengetahuan dan
mengubah sikap, serta perilaku kebiasaan
10. Dapat
membujuk atau memaksa orang lain agar berpendapat bersikap atau berperilaku
sebagaimana yang diharapkan.
H. Tujuan
komunikasi
Tujuan komunikasi adalah untuk membangun/menciptakan
pemahaman atau pengertian bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti
harus menyetujui, tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan
sikap, pendapat, perilaku, ataupun perubahan secara sosial.
1. Perubahan
sosial
Seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian
sikapnya berubah, baik positif maupun negatif.
2. Perubahan
pendapat
Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman.
3. Perubahan
perilaku
Komunikasi bertujuan untuk merubah perilaku maupun
tindakan seseorang, dari perilaku yang dekstruktif (tidak mencerminkan perilaku
hidup sehat, menuju perilaku hidup sehat).
4. Perubahan
sosial
Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang
lain sehingga menjadi hubungan yang makin baik. Dalam proses komunikasi yang
efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal.
I.
Karakteristik Komunikasi
1.
Komunikasi membutuhkan lebih dari
dua orang yang akan menentukan tingkat hubungan dengan oranglain
2.
Komunikasi verbal dan non verbal
terjadi secara simultan
3.
Dalam komunikasi seseorang akan
berespon terhadap pesan yang diterima
4.
Pesan yang diterima tidak selalu
diasumsikan sama antara penerima dan pengirim
5.
Pertukaran informasi dibutuhkan ilmu
pengetahuan
6.
Pesan yang dikirim dan diterima
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, keyakinan dan budaya
7.
Posisi seseorang di dalam sistem
sosiokultural dapat mempengaruhi proses komunikasi
8.
Komunikasi dipengaruhi oleh perasaan
diri sendiri, subyek yang dikomunikasikan dan oranglain
9.
Komunikasi terjadi secara
berkesinambungan dan terjadi hubungan timbal balik.
J.
Bentuk komunikasi
1.
Aggressive
communication
Komunikasi ini dapat mengurangi hak
orang lain dan cenderung untuk merendahkan atau mengendalikan orang lain.
Komunikasi ini menenggelamkan hak orang lain.
\
2.
Passive
communication
Komunikasi ini merupakan lawan dari
komunikasi agresif di mana orang tersebut cenderung untuk mengalah dan tidak
dapat mempertahankan kepentimngannya sendiri. Bahakan hak mereka cenderung
dilanggar namun dibiarkan.
3.
Assertive
communication
Komuniksi asertif adalah komunikasi
yang terbuka, menghargai diri sendiri dan orang lain. Komunikasi asertif tidak
menaruh perhatian hanya pada hasil akhir, tetapi juga hubungan perasaan
antarmanusia.
K.
Prinsip komunikasi
1.
Komunikasi
adalah suatu proses
Komunikasi adalah suatu proses yang
merupakan kegiatan yang merupakan suatu kegiatan yang terus menerus, yang tidak
mempunyai permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah serta berdampak pada
terjadinya perubahan.
2.
Komunikasi
adalah suatu sistem
Masing-masing elemen atau unsur
dalam komunikasi sangat terkait dan mempengaruhi dalam proses komunikasi yang
efektif. Satu elemen atau unsur tidaklah penting dibanding elemen yang lain.
3.
Komunikasi
merupakan suatu interaksi
Interaksi dalam komunikasi adalah
saling bertukar pesan atau fikiran.
4.
Komunikasi
dapat terjadi secara disengaja maupun tidak sengaja
komunikasi yang disengaja terjadi
apabila pesan yang akan disampaikan disiapkan terlebih dahulu dan dikirimkan
kepada penerima yang dimaksudkan.
L.
Proses komunikasi
Komunikasi terjadi bila ada sumber
imformasi yang merupakan bahan atau materi yang akan disampaikan oleh
komunikator. Sebelum imformasi disampaikan komunikator perlu melakukan
penyandian (encoding) untuk mengubah ide dalam otak ke dalam suatu sandi yang
cocok dengan transmitter. Setelah pesan di sandikan kemudian komunikator
menyampaikan pesan kepada penerima pesan (komunikan) melalui saluran atau
media.
Ketepatan komunikan dalam menerima pesan
sangat di pengaruhi oleh kemampuan komunikan dalam melakukan penafsiran atau decoding
di samping juga di pengaruhi oleh faktor pengganggu (noice). Komunikasi
berlangsung efektif bila terjadi feedback yang baik antara penerima pesan
dengan pembawa pesan sebelum terjadinya perubahan atau efek sebagai dampak dari
komunikasi.
M. Pengertian
Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah
sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain
untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini
misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau
suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam
komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan
teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok
adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok
“kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar
Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi
kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih,
dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,
pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik
pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi
kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka,
peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja
tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
Dan B. Curtis, James
J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan komunikasi kelompok
terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah
pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan
mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan
sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok berkomunikasi
melalui tatap muka
2. Kelompok memiliki sedikit partisipan
3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang
pemimpin
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran
bersama
5. Anggota kelompok
memiliki pengaruh atas satu sama lain.
N. Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya
Telah banyak klasifikasi kelompok
yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita
sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
1. Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909
(dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu
kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh
hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok
yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak
menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat
membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai
berikut:
a. Kualitas komunikasi
pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus
kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku
yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala
yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi.
b. Pada kelompok sekunder
komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
c. Komunikasi pada
kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
d. Komunikasi kelompok
primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok
sekunder adalah sebaliknya.
e. Komunikasi kelompok
primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
f. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan
Theodore Newcomb
(1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan
kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok
yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok
itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat
ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori,
kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan
fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk
mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam
juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya
miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan
apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan
kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi,
mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek,
peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan
satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana
Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi
kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat
dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.
3.
Kelompok
deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980)
membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif
menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara
alamiah
Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola
komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok
tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas
bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang
kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri
mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar
lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh
kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial
politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an
menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif,
mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam
mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format
kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel,
forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
O. Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi
1.
Konformitas.
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju
(norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan.
Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada
kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi,
kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda
untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota,
usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan
seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota
berikutnya untuk setuju juga.
2. Fasilitasi sosial
Fasilitasi (dari kata
Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan
kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan
sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran
orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu.
Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang
menggairahkan kita.
Energi yang meningkat
akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan
adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang
benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah,
terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan
adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat
kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.
3. Polarisasi
Polarisasi adalah
kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para
anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi
mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum
diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi
mereka akan menentang lebih keras.
P. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
Anggota-anggota
kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas
kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama
diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan
kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila
kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok
belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang
diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya
dalam kegiatan kelompok.
Jalaluddin Rakhmat
(2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada
karakteristik kelompok, yaitu:
1. Faktor situasional
karakteristik kelompok
a. Ukuran kelompok.
Hubungan antara ukuran
kelompok dengan prestasi krja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus
diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua
macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing
anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas
interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan
suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal.
Pada kelompok tugas
koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni,
makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu
orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh
orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka
sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.
Faktor lain yang
mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan
kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen (mencapai suatu
pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif,
terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan
kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti
memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota
kelompok yang lebih besar.
Dalam hubungan dengan
kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004) menunjukkan bahwa makin besar
ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan
lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia.
Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya
dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok.
b. Jaringan komunikasi.
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi,
diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang.
Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok
tercepat dan terorganisir.
c. Kohesi kelompok.
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang
mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya
meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004)
menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut:
ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan
anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada
kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal.
Kohesi
kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif
kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang
kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi
bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya
tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah
melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya
tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.
d. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif
mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan
adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok.
Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White danLippit
(1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis;
dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan
kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis
menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk
membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire
memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual
dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal.
2.Faktor
personal karakteristik kelompok:
a. Kebutuhan interpersonal
William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO
(Fundamental Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi
anggota kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai
berikut:
1. Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
2. Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan
hierakis (control).
3. Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota
kelompok yang lain.
b. Tindak komunikasi
Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran
informasi. Setiap anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi
(secara verbal maupun nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem
kategori untuk menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction
Process Analysis (IPA).
c. Peranan
Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan
oleh anggota kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara
suasana emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu
saja (yang tidak jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan
audabaugh (dalam Rakhmat, 2004: 171) meyakini peranan-peranan anggota-anggota
kelompok terkategorikan sebagai berikut:
1. Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan
masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan
upaya memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan
kelompok.
2. Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan
kelompok berkenaan dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional
anggota-anggota kelompok.
3. Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota
kelompokuntuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengantugas
kelompok.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi merupakan penyampaian informasi dalam
sebuah interaksi tatap muka yang berisi ide, perasaan, perhatian, makna, serta,
pikiran, yang diberikan pada penerima pesan dengan harapan si penerima pesan
menggunakan informasi tersebut untuk mengubah sikap dan perilaku. Jadi suatu
komunikasi dapat dikatakan teraupetik apabila adanya umpan balik atau feedback
dari penerima pesan atau lawan bicara.
B.
Saran
Dari hasil pembuatan makalah ini,
penulis menyarankan kepada pembaca agar memahami lebih dalam ruang lingkup
komunikasi dan dapat mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.
No comments:
Post a Comment